1. Harga Investasi Mesin Vacuum Awal yang Cukup Tinggi
Salah satu kekurangan mesin vacuum frying pemula yang paling sering di keluhkan adalah harga beli yang relatif mahal. Bagi pelaku usaha kecil atau baru merintis, modal yang di butuhkan tidak sedikit.
Bahkan untuk mesin vacuum dengan kapasitas rendah sekalipun, harganya masih terbilang tinggi di banding wajan atau alat penggoreng konvensional. Kondisi ini membuat banyak pemula harus mencari alternatif, seperti membeli mesin bekas atau menyewa.
Namun, jika ingin hasil produksi maksimal, biasanya mesin baru dengan kualitas baik lebih di rekomendasikan. Oleh karena itu, calon pengusaha harus benar-benar menyiapkan perencanaan keuangan matang.
2. Perawatan Mesin Vacuum yang Membutuhkan Ketelatenan
Selain soal harga, perawatan mesin vacuum frying sederhana pemula juga sering menjadi kendala. Mesin ini tidak bisa dirawat sembarangan karena terdiri dari berbagai komponen seperti tabung vakum, pompa, dan sistem pendingin.
Jika salah dalam perawatan, risiko kerusakan meningkat dan biaya perbaikan pun membengkak. Sebagai contoh, pelaku usaha harus rutin mengecek oli pompa, membersihkan filter, dan menjaga kebersihan tabung penggorengan.
Untuk pemula yang belum terbiasa dengan mesin, hal ini mungkin terasa merepotkan. Tetapi bila disiplin melakukan perawatan sejak awal, usia mesin akan lebih panjang dan kinerjanya stabil.
3. Konsumsi Energi yang Relatif Besar
Kelemahan berikutnya adalah konsumsi listrik yang cukup tinggi. Jika di gunakan terus-menerus, biaya listrik bulanan tentu akan meningkat.
Bagi pengusaha skala kecil, kondisi ini bisa menjadi beban tambahan. Solusi yang bisa dilakukan adalah memilih mesin dengan kapasitas sesuai kebutuhan agar penggunaan daya tetap efisien.
4. Kapasitas Produksi Terbatas untuk Skala Pemula
Meski ada berbagai ukuran mesin, kekurangan mesin vacuum frying pemula biasanya terletak pada kapasitas yang tidak terlalu besar. Mesin untuk pemula umumnya hanya mampu menampung beberapa kilogram bahan sekali proses.
Hal ini cukup untuk uji coba atau produksi kecil, tetapi kurang memadai jika permintaan pasar meningkat. Akibatnya, pelaku usaha perlu menambah mesin baru ketika skala bisnis mulai berkembang.
Dengan begitu, biaya tambahan harus disiapkan lagi. Jadi, bagi yang berencana langsung menargetkan pasar luas, sebaiknya mempertimbangkan kapasitas mesin sejak awal.
5. Membutuhkan Keterampilan Mengoperasikan
Meskipun teknologi vacuum frying terlihat modern, bukan berarti mudah di operasikan tanpa pengetahuan. Bagi pemula, cara penggunaan mesin vacuum frying memerlukan pembelajaran.
Salah setting suhu atau tekanan bisa memengaruhi kualitas produk, seperti keripik yang terlalu berminyak, gosong, atau teksturnya kurang renyah.
Inilah mengapa banyak produsen mesin menyarankan pengguna baru mengikuti pelatihan singkat atau membaca panduan penggunaan secara detail. Dengan pengalaman, proses produksi akan lebih lancar, dan risiko kesalahan dapat di minimalisir.
6. Bahan Baku Mesin Vacuum Harus Dipilih dengan Teliti
Mesin vacuum frying memang cocok untuk mengolah aneka buah dan sayuran. Namun, tidak semua bahan memberikan hasil optimal. Beberapa bahan memiliki kadar air tinggi sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk di goreng.
Bagi pemula, ini bisa menjadi hambatan karena proses produksi terasa lebih lambat dan biaya operasional bertambah. Sebagai solusi, pelaku usaha perlu melakukan uji coba bahan baku terlebih dahulu.
7. Risiko Kerusakan Jika Digunakan Berlebihan
Keterbatasan lain yang perlu di pahami adalah risiko kerusakan ketika mesin di gunakan tanpa henti. Kelemahan mesin vacuum frying pemula sering muncul karena operator belum mengetahui batasan penggunaan.
Jika mesin di paksa beroperasi terlalu lama, sistem pendingin bisa cepat rusak, dan pompa vakum tidak lagi bekerja optimal.
Kesimpulan
Mesin vacuum frying memang menjadi solusi modern dalam menciptakan produk camilan sehat, renyah, dan berkualitas tinggi. Namun, tidak bisa di pungkiri bahwa ada beberapa kekurangan mesin vacuum frying pemula yang wajib di ketahui.
Mulai dari harga awal yang cukup besar, perawatan yang rumit, konsumsi listrik tinggi, kapasitas terbatas, hingga risiko kerusakan jika di gunakan berlebihan. Dengan memahami kelemahan tersebut, pelaku usaha dapat menyiapkan strategi yang tepat.
Misalnya dengan memilih mesin sesuai kapasitas, melakukan perawatan rutin, hingga mengatur jadwal produksi.
